Sunday, March 8, 2009

Main bola di pagi berkabut

Belum begitu lama sesudah menjalani masa perpeloncoan tingkat I (TPB) di ITB, kami seangkatan (78) yang masih botak-botak suka bermain bola di pagi hari. Mungkin karena kami ingat ketika diplonco kami harus datang ke kampus Jl. Ganesha No. 10 sejak sekitar jam 4 pagi, maka kami sering mengulang datang pagi untuk sekedar bermain bola di lapangan bola yang sekarang sudah tidak ada lagi.

Lapangan bola yang memorable itu membentang dari selatan menuju arah utara, persis di tengah bebangunan kompleks ITB. Jadi kalau kita masuk dari pintu utama, berjalan ke utara sedikit sampai dekat dengan kompleks Ruang Serba Guna/Kantin, yang akan kita lihat pertama adalah bagian belakang gawang sisi selatan.

Posisi favoritku adalah keeper. Jadi aku sering ada di bawah gawang selatan itu.

Suatu pagi kami datang cukup awal. Waktu itu kebetulan musim hujan, dan karena malam sebelumnya terguyur hujan maka pagi itu kompleks ITB tertutup kabut. Keadaan seperti itu cukup sering hampir di seluruh Bandung pada era tersebut. Jadi waktu kami mulai main memang masih agak gelap. Berkabut pula.

Dari bawah gawang saya tidak memiliki cukup visibility untuk melihat jauh ke depan, apalagi sampai ke gawang pada sisi utara di depan sana. Saya hanya bisa melihat sekitar 7 atau 8 meter ke depan. Jadi saya harus awas betul melihat kalau tiba-tiba sekelompok orang berlari ke arah saya, berarti bola sedang digiring dan diperebutkan dalam arah menuju gawang saya. Itupun saya harus ekstra hati-hati kalau bola datang tiba-tiba mengarah ke gawang saya. Itu berarti pemain lawan baru saja memutuskan untuk menendang jarak jauh ke gawang yang saya jaga.

Kalau saya menguasai bola, maka yang saya lakukan otomatis adalah menendang lambung sejauh-jauhnya bola itu ke depan, tanpa dapat saya ikuti lagi ke mana dan siapa yang merebut bola itu.

Kadang-kadang saya cuma tenang-tenang saja karena dari kabut yang di depan seolah tidak ada orang yang berdatangan ke arah saya. Berarti bola sedang diperebutkan di depan sana tanpa dapat saya lihat. Memang agak lega, tapi tetap harus waspada kalau ada serangan tiba-tiba.

Hal lucu yang saya ingat adalah bila sejumlah orang keluar dari kabut dengan jalan tenang-tenang. Apalagi bila saya jelas kenali bahwa sejumlah yang datang ini adalah teman satu tim saya. Tentu saya yang tidak tahu apa yang telah terjadi di depan akan bertanya pada mereka, "Gimana Mas?" Lalu dengan lugas mereka menjawab, "Gol!"
Saya ketawa mendapat jawab hanya satu kata itu.

Kejadian itu memang berulang beberapa kali dan kami menang cukup besar tanpa balas.

Can you imagine it? Saya tidak lihat apa-apa untuk beberapa jenak. Lalu sejumlah teman muncul dari kabut di depan. Saya tanya apa yang terjadi, jawabnya cuma satu kata: "Gol".

1 comment: