Saturday, March 7, 2009

Naik becak ke Universitas Pajajaran

Tahun 1978 saya bermaksud mendaftar untuk kuliah di Universitas Pajajaran.

Waktu itu saya baru kembali lagi ke Bandung setelah sekian lama tidak pernah ke Bandung. Secara umum saya tidak lagi mengenal kota Bandung. Oleh karena itu dari rumah keluarga saya di Jl. Aceh saya memanggil becak dan minta dibawakan ke Universitas Pajajaran.

Sudah cukup lama saya naiki becak itu. Tukang becak sudah lama mengayuh sepedanya, dan dia kelihatan cukup lelah mengayuh. Saya memandang ke kiri dan ke kanan pada sebuah jalan yang cukup besar dan datar.

Sesaat kemudian tukang becak itu bertanya kepada saya, "Di mana ya Den Universitas Pajajarannya?" Betapa kagetnya saya mendapat pertanyaan itu, dan saya menjawab: "Sayapun tidak tahu Mang. Saya masih baru datang ke Bandung."

Dengan keringat yang sudah cukup mengucur dia mengayuh lagi becaknya. Begitu banyak bangunan kami lalui tapi tidak satupun menyiratkan yang mana Universitas Pajajaran yang kucari.

Akhirnya ketika pada suatu titik ada becak lain yang berpapasan dengan kami, tukang becakku bertanya kepada tukang becak yang berpapasan dengan kami itu. Mereka berbicara dalam bahasa Sunda, tetapi kira-kira saya mengerti maksudnya: "Di mana ya Universitas Pajajaran?" Maka tukang becak yang satu lagi menjawab sambil agak menghardik, "Eh, Unpad mah di Dipati Ukur!" Lalu sambil kaget berteriaklah tukang becak saya, "Oh Unpad!"



Akhirnya barulah saya tahu, bahwa tukang becak saya tahu Unpad tapi tidak tahu Universitas Pajajaran (yang memang lebih dikenal sebagai Unpad). Jadi pada pagi itu rupanya dia bukan membawa saya ke Jl. Dipati Ukur (tempat Unpad berada), melainkan ke Jalan Pajajaran yang jaraknya cukup jauh dari Jl. Dipati Ukur. Jalan Pajajaran sudah agak ke selatan-barat Bandung, jalannya luas (dua arah) dan datar.



Si tukang becak membalikkan arah becaknya. Kami menuju ke Bandung utara lagi. Lagi-lagi keringatnya bercucuran karena menuju Jl. Dipati Ukur jalannya menanjak.

Akhirnya sampai juga kami di Universitas Pajajaran yang disingkat Unpad itu.

Saya menambah ongkos untuk si tukang becak yang bercucuran keringat dan napasnya memburu karena sudah sangat lelah.



Jadi, tukang becak itu tahu Unpad, tapi tidak tahu Universitas Pajajaran. Haiiiya ...

1 comment:

  1. Si Bang Becak di tip extra ngga, dah kaliling kota? someone shortcomings can be other's treasure?

    ReplyDelete