Monday, June 21, 2010

Mencerdaskan kehidupan bangsa

Yang ditulis dalam pembukaan UUD 45 kita adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa".
Jadi "kehidupan bangsa" itulah yang perlu dicerdaskan.

Mengikuti hukum DM (Diterangkan-Menerangkan), maka D nya "kehidupan". M nya "bangsa". Yang penting? D nya, yaitu "kehidupan". (Sama seperti "mobil hitam", "mobil"nya yang penting. Bukan "hitam"nya. "Hitam"nya adalah sekunder, bertugas menerangkan "mobil". Mendorong mobil hitam artinya mendorong mobil, bukan mendorong hitam.

Itu berarti bukan semua orang Indonesia dengan secepatnya dibuat menjadi sarjana, tetapi "perikehidupan" orang Indonesia yang perlu dicerdaskan. Itupun bukan berarti orang Indonesia yang sudah sarjana adalah bangsa yang cerdas. Banyak sekali sarjana strata tertinggi rusak moralnya.

Tidakpun seseorang menjadi sarjana, apabila dia telah memaknai dan melaksanakan dengan baik hakekat kehidupan berbangsa, dia telah menjadi unsur pembentuk kehidupan bangsa yang cerdas.

Ciri-ciri kehidupan bangsa yang cerdas? Di antaranya yang penting: sopan/hormat dan tertib, menjunjung tinggi permufakatan, meletakkan nilai-nilai subyektif/pribadi di bawah nilai-nilai kebersamaan yang sudah disepakati, melaksanakan semua ketentuan dari otoritas yang ada (lalu lintas, disiplin organisasi, disiplin kemasyarakatan), menyadari bahwa tidak ada yang homogen (yang benar adalah "di mana-mana selalu ada perbedaan"), menyadari bahwa fungsi mayoritas justru adalah membela minoritas, menyetop semua perbuatan/tindakannya yang merendahkan/mengurangi/menghilangkan hak orang lain, menghargai pendapat yang berbeda, menghormati antrian.

Di "sana" yang kehidupan bangsanya telah cerdas, orang berpikir untuk kebaikan kehidupan masyarakatnya. Membuang sampah ke tempatnya. Bertanggung jawab untuk kebersihan lingkungannya. Tidak melanggar lalu lintas walaupun tidak ada polisi. Antri pada jalurnya. Committed kepada keadilan dan hukum, taat membayar pajak. Menyetop segala hal yang berasal dari dirinya yang bisa mengganggu tetangganya. Berjalan kaki di sisi yang seharusnya (tidak sembrono kemana dia suka). Malu dan bertanggung jawab atas kegagalan menjalankan apa yang seharusnya dilakukan. Menghormati orang yang berbeda sistem nilainya, berbeda alirannya, berbeda fisiknya. Ramai-ramai kompak menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Menangkap pencuri untuk diserahkan pada yang berwajib, bukan untuk disiksa dan main hakim sendiri. Mencintai keragamannya untuk membuktikan betapa hebatnya muncul secara bersama sebagai suatu bangsa.

Mari kita berjuang, Bangsa Indonesia!

No comments:

Post a Comment