Thursday, April 2, 2009

Darwin & Totok sakit typhus

Darwin dan Aswin sahabat awalku di tingkat I. Waktu itu kami sekelas di T06 masih bersama-sama dicampur walaupun terbagi dalam 3 fakultas (F MIPA/Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FTI/Teknologi Industri dan FTSP/Teknik Sipil dan Perencanaan).
Ada kesamaan kami bertiga yaitu bicara dengan logat Medan.

Darwin dan aku tinggal di Jalan Aceh (aku di No 123, Darwin kalau tak salah di No. 56). Karena Jl. Aceh itu panjang sekali, jarak rumahku dan rumah Darwin sebenarnya cukup jauh. Tidak selalu aku dan Darwin bisa pergi dan pulang bersama-sama. Aswin tinggal di lokasi lain. Kompak sekali kami waktu itu. Hampir selalu kami bersama-sama. Duduk kuliahpun berdekat-dekatan. Kebetulan memang kami sama-sama FTI.

Kemudian hari kamipun menjadi kelompok lebih besar yang kompak dengan Lilik Muflihun, Totok (Bambang Sugiarto), Yanto (Bambang Widjajanto), Andi Rusli, Erick (Arnold Frederick Lumanauw), Dedi (Rinaldi Bahri), Ari (Azhary), Atmo (Bambang Sudiatmo), Kamser Lumbanraja dan lain-lain. Kawan-kawan kami yang perempuan antara lain Eni, Yance, Mira, Karen, dll.

Suatu hari aku dan Aswin baru menyadari bahwa sudah dua tiga harian Darwin tidak masuk kuliah. Ke mana gerangan kawan kami itu?
Setelah masuk hari ke sekian, aku dan Aswin memutuskan datang ke rumah kost Darwin setelah pulang kuliah.

Kamar kost Darwin adalah eks garasi dari sebuah rumah. Dari jauh kami melihat bahwa motor Darwin (Honda bebek warna hijau) ada diparkir di luar. Kami bertanya-tanya dalam hati.
Setelah masuk ke rumah, kami minta ijin pada yang punya rumah untuk masuk ke kamar Darwin. Rupanya yang punya rumah tidak terlalu memperhatikan mereka yang kost pada rumah mereka, apalagi kamar Darwin/eks garasi secara bangunan terpisah dari rumah utama.

Setelah diijinkan, kami mendekati pintu kamar Darwin. Tidak ada jendela yang menghadap ke luar (mungkin yang ada menghadap ke samping atas atau ke belakang). Betapa kaget ketika kami intip dari lubang kunci, kuncinya kamar Darwin ada! Berarti Darwin pasti di dalam, pikir kami.
Mulailah kami mengetuk-ngetuk. Karena tak berjawab kami mulai memanggil nama kawan kami itu dengan suara keras. Lama-lama kami mulai menggedor-gedor dan memanggil-manggil namanya dengan berteriak.

Lantaran tidak ada jawaban juga, seingat aku mulailah kami mengadakan gerakan mundur beberapa langkah ke belakang, lalu lari cepat ke depan menerjang pintu kamar Darwin. Karena badanku lebih besar dari Aswin, seingatku gebrakankulah yang berhasil membuka pintu yang tadinya terkunci itu.

Betapa terkejutnya kami mendapati Darwin dalam keadaan sangat lemah, tidak bisa bergerak. Mukanya pucat, lemas sekali. Dia berselimut beberapa lapis dan bibirnya putih sekali.

Kami membawa Darwin ke rumah-sakit. Rupanya dia terserang typhus. Syukurlah akhirnya Darwin sembuh dan kami bersama-sama lagi.

Beberapa tahun kemudian aku mendapat cerita dari Lilik. Rupanya sahabat kami yang baik dan lucu minta ampun, Totok juga pernah sakit typhus. Kali ini aku betul-betul tidak tahu cerita ini pada waktu itu.
Menurut penuturan Lilik, Darwinlah yang mencari dan mendatangi Totok di tempat tinggalnya yang sangat sederhana (kalau tidak salah sekitar Sekeloa, betul/salah?).

Darwin mendapati Totok sedang sakit. Ei, kenapa kau? kata Darwin. Dengan lemas Totok menjawab, aku sakit Kawan.
Lalu Darwin berkata, Sudah ke dokter kau? Totok menjawab, Belum Kawan, aku nda' punya duit.
Wah .. wah .. kata Darwin, Sudah makan kau?
Belum Kawan, aku betul-betul ngga punya duit, kata Totok.
Lalu Darwin menyahut, Tunggu sebentar ya! Bergegaslah Darwin pergi meninggalkan Totok. Beberapa jenak kemudian dia datang lagi membawa nasi bungkus. Totok bertanya, Wah apa ini Kawan? Darwin menjawab pendek, Pokoknya makanlah!

Ternyata yang dibawa Darwin adalah nasi Padang! Totok shock berat. Bukan hanya karena kebaikan Darwin, tetapi bagaimana caranya makan nasi Padang dalam keadaan sakit typhus?!
Pertama, sahabat kami Totok adalah orang Jawa (timur). Saudara-saudara dari Jawa biasanya tidak kuat makan yang pedas-pedas. Kedua, bukankah orang sakit typhus tidak boleh makan yang pedas! Betapa berrisikonya sebenarnya makan nasi Padang tsb.
Tapi, mungkin karena sudah begitu lapar, Totok makan juga nasi Padang itu sambil sebentar-sebentar kepedasan.

Rupanya Tuhan memberkati niat baik Darwin itu. Sahabat kami Totok akhirnya kemudian sembuh dari typhusnya! What a miracle!

Menurut cerita, sampai hari ini Totok tidak pernah lupa akan kebaikan Darwin.

Sekarang Totok sudah menjadi pengusaha besar meubelair dan furniture di Cirebon. Setiap saat harus berpameran di Jerman, Belanda, dan manca negara lain. Kami semua selalu diundangnya untuk datang ke sanggarnya di Cirebon. Dia menikah dengan Yance, kawan sekelas kami juga yang sudah "jadian" sejak kami kuliah di Bandung.

Darwin Syam Siregar sekarang telah menjadi pejabat tinggi di Pemda DKI Jaya. Banyak sudah karyanya yang membanggakan. Tidak mudah tentunya sekarang mengganggu Big Boss ini.

Kawan kami Karen sekarang menjadi Dirut Pertamina. Waw! Luar biasa! Syukurlah dia tetap baik dan ramah kepada kami semua.

Mereka semua adalah sahabat-sahabatku yang baik. Syukurlah sekarang kami agak sering bertemu lagi setelah terjadinya Reuni Besar Angkatan 78 tahun 2008 yang lalu.
Mereka tetap baik, tidak sombong. Semua kami ingat akan masa-masa lalu yang penuh kenangan. Bukankah itu semua berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa? Bukankah itu menjadi harta kami bersama yang tak ternilai?

Special Note: Hanya Aswin Tobing yang belum kami dapatkan kabarnya. Di manakah engkau sekarang Sahabat? Salam hangat dari kami semua.
Kabari kami kalau kau terima salam kami.

No comments:

Post a Comment