Sunday, April 5, 2009

Huru hara I di KBB 45

Tempat kost yang di Jl. Kebon Bibit Barat 45 adalah tempat kost yang unik. Kami para penghuni menyebutnya KBB 45. Seingatku tipe kost seperti ini adalah yang pertama kali ada di Bandung saat itu (mungkin juga pertama di Indonesia saat itu).

Secara umum dia tidak terlihat sebagai tempat kost biasa. Dia lebih terlihat seperti sebuah hotel kecil. Bangunannya sangat bagus dan mewah. Ketika aku kost di situ bangunannya baru saja diselesaikan. Masih banyak bagian yang perlu disempurnakan. Masih tercium bau cat dan bau alat perekat di banyak tempat.
Bangunan itu bertingkat dua, jumlah kamarnya banyak sekali. Secara umum dia adalah dua bangunan utama yang masing-masing bertingkat dua. Setiap bangunan berupa bangunan yang memanjang menurut lebar tanahnya. Setiap kamar berseberangan dengan kamar yang menghadap berlawanan. Seingatku satu muka dari bangunan yang panjang itu memuat 8 kamar, jadi total kamar kalau tidak salah 64 kamar.
Di tengah dua bangunan itu terhampar taman yang cantik sekali. Aku memilih kamar di lantai satu yang menghadap ke taman, sehingga setiap bangun pagi dapat melihat ke taman yang bagus itu.
Setiap tingkat saling terhubung, dan di tengah bangunan terdapat jalan menuju kamar-kamar yang berseberangan, lengkap pula dengan tangga-tangga di tengah bagian. Jadi mudah sekali kita cepat menuju kamar manapun kita mau. Otomatis pula untuk kamar-kamar yang saling berhadapan, kami dengan mudah dapat melihat dengan baik semua kamar di kiri, kanan maupun yang di atas. Apalagi kamar-kamar di atas, itu yang paling mudah melihat ke semua arah.

Di sinilah kami dengan sangat kompak tinggal bersama. Ada Yanto yang pendiam tapi sangat baik hati, Rowin yang dinamis, Micky yang kreatif, Yoyok yang polos dan jujur, Gary yang hangat, Ritchie yang gentleman like, Tonny yang cerewet, Putranto yang innocent tapi luar biasa lucunya. Chrismar Adianto yang pintar juga pernah tinggal di sini.
Ada juga sejumlah senior angkatan kami seperti Bang Antony Marbun, Paul, Yance, dan lain sebagainya. Pada waktu-waktu rileks kami bermain kartu, domino, catur, master mind, risk game, dan lain sebagainya. Di awal-awal kuliah kami sering bernyanyi sampai malam, tapi kalau musim ujian otomatis semua menjadi serius.

Semua kamar memiliki kamar mandi sendiri. Desain kamarnyapun bagus sekali. Demikianlah keadaannya sehingga banyak sekali teman setiap penghuni berdatangan setiap hari karena indah dan bagus sekali kost yang seperti hotel ini. Ke sinilah dulu teman-temanku sering datang, seperti Erik, Totok dan sebagainya.

Walaupun hanya menerima laki-laki, tempat kost ini dilengkapi dengan penjaga keamanan baik siang maupun malam.
Meskipun sebenarnya setiap kamar sangat nyaman untuk tempat menyimpan semua peralatan, ada juga beberapa teman yang tidak menyimpan semua peralatan di dalam kamar. Mungkin juga karena kami semua merasa seperti bersaudara, jadi tidak terlalu kuatir meletakkan beberapa barang di luar pintu kamar masing-masing. Kekecualian hanyalah aku, karena sudah menjadi kebiasaanku untuk menyimpan semua peralatanku di dalam kamar, jadi di luar kamarku pastilah paling bersih keadaannya.

Sekali ketika sedang enak tertidur di sekitar musim ujian tengah semester aku terbangun karena ada suara gaduh di luar. Dalam sekian detik periode peralihan tidurku ke keadaan bangun sepertinya ada nama teman-teman dipanggil-panggil dengan cara berteriak-teriak, dan rasanya ada juga namaku dipanggil-panggil. Setelah agak lebih sadar aku mendengar suara Tonny teman kami yang kalau dari kamarku akan segera terlihat kamarnya pada arah 45 derajat di kiri atas.
Teriak Tonny memanggil nama-nama teman itu begitu kerasnya dan berulang-ulang.

Tonny adalah teman yang lucu. Dia keturunan Chinese. Dikaruniai suara yang agak cerewet. Karena cerewetnya dia kami panggil Tonce. Sebenarnya dia cukup tenang dalam gerakan, tetapi agak berlebihan dalam mengomentari banyak hal. Sering dia mengomeli dirinya sendiri karena merasa kurang belajar. Kalau kami pergi makan roti bakar keluar kost atau melakukan apapun yang kurang berhubungan dengan belajar, dia mulai mengomeli keadaan agar dia bisa belajar. Lalu dia biasanya belajar sampai pagi (jam 3 atau 4 pagi).
Dia sangat concern untuk melakukan sesuatu dengan sempurna dalam segala hal. Pernah ketika kami diplonco dia menyiapkan minuman yang dia anggap akan membuat dia "strong" sepanjang hari. Dia campur susunya dengan berbagai macam campuran lain (akupun sudah tidak ingat lagi apa saja dimasukkannya ke dalam mug minumannya/madu, telor, berbagai minuman penguat dan entah apa lagi). Lalu ketika dicemplungkannya lagi ke dalam multi campuran itu vitamin C dosis tinggi maka dia berteriak-teriak keras karena multi campuran itu mendadak muncrat ke atas setinggi hampir satu meter entah karena reaksi kimia apa. Persis seperti air mancur/muncrat. Berteriak-teriaklah dia histeris menceritakan pengalamannya itu kepada kami yang cuma bisa ketawa-ketawa sambil mengucapkan: Tonce ..... Tonce ........ada-ada aja Lu. Harusnya Lu taro tu gelas di lantai, lalu mulut Lu nangkep muncratannya sambil berdiri, kata kami.

Begitulah pagi subuh sekitar dekat jam 5 pagi yang dingin di Bandung itu, aku buka pintu kamarku. Ternyata si Tonce lompat-lompat sambil berteriak: Rul, sepatumu hilang ngga? Aku bingung kenapa dia tanya-tanya sepatu sepagi itu. Aku melihat ke dalam kamarku, sepatuku semua ada kok. Lalu kujawab sambil agak berteriak juga: Ada Ton, kenapa rupanya? tanyaku.
Cepat dia menjawab, Banyak yang kehilangan sepatu! Maling, ada maling! Hei semua bangun, bangun ooi! begitulah teriaknya. Lalu mulailah teman-teman lain berbangunan dan rupanya sepatu yang mereka letakkan di luar kamar telah raib. Setiap melihat teman bangun dan sudah dilihat Tonce sepatu mereka lenyap maka lompat-lompatlah si Tonce merasa geli karena orang kehilangan sepatu.
Wuaha ha ha ha ..... sepatu Lu hilang ya. Si anu juga hilang ......... si anu sana juga hilang ......... dan seterusnya.
Akhirnya kami semua keluar dan dari depan kamar masing-masing melihat ke samping dan ke atas saling melaporkan keadaan, Gimana, Lu ilang ngga? Yang ditanya menjawab, Wah iya eh, dua pasang lagi!
Begitulah, banyak sekali teman kehilangan sepatu. Ada yang kehilangan sepasang, ada yang lebih. Untuk setiap konfirmasi kehilangan, si Tonce lompat-lompat karena merasa lucu sekali.

Yah kami semua cuma geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa begini? pikir kami. Kemana rupanya penjaga "hotel" kami. Begitulah kecamuk pikiran berseliweran. Toncepun melaporkan bahwa tadi dia masih belajar sampai jam 4 pagi, lalu tidur. Dia seperti merasa ada orang mondar-mandir mengendap-endap katanya. Waktu dia hidupkan lampu kamarnya dan melihat ke luar, dilihatnya katanya sejumlah kamar tidak ada sepatunya lagi di depannya. Itulah makanya dia berteriak-teriak membangunkan orang untuk mengatakan pada mereka sepatu mereka hilang.

Semua kami masih saling bicara dari pintu kamar kami masing-masing. Si Toncepun sudah mulai tenang. Secara alamiah kami jongkok di pintu kamar masing-masing.
Tiba-tiba si Tonce melompat-lompat lagi sambil berteriak sekeras-kerasnya, Wuaha ha ha ha ha ha ha, katanya. Rupanya sepatu Gua juga hilang !!!! Ha ha ha ha ha ...., katanya sambil tertawa tiada henti.

Bangkitlah kami semua lagi dari jongkok kami lalu bertanya kepada si Tonce, Lho rupanya dari tadi Lu ngga tau kalo sepatu lu juga ilang? tanya kami. Ngga!!! katanya sambil ketawa makin hebat. Gila lu, kata kami semua. Ngetawain orang ilang sepatu sambil lompat-lompat di depan kamar, tapi ngga tau kalo sepatu Lu juga ilang. Dasar Tonce! teriak kami pada dia.

Itulah pagi lucu tapi menyedihkan bagi kami semua (cuma aku dan Yanto kalau tidak salah yang tidak kehilangan).
Rupanya memang maling datang pagi itu ke "hotel" kami.
Kami melapor kepada pemilik tempat kost. Lalu diadakan sidang tertutup. Pemilik keberatan kalau dilaporkan ke polisi, mungkin takut kalau citra "hotel" kami tercoreng.
Kalau tidak salah memang ada kerjasama antara maling dengan penjaga keamanan kami.
Pemilik kost membayar ganti rugi yang agak fair untuk teman-teman yang kehilangan.

Beberapa tahun kemudian sesudah aku dikaruniai anak-anak, mereka kubawa ke KBB 45. Ternyata keadaannya sudah sangat menyedihkan. Kotor, rusak, jelek dan sebagainya.
Aku gagal melukiskan secara nyata pada anak-anakku tempat kostku dulu di KBB 45 yang permai itu. Entah apa hari ini KBB 45 masih beroperasi.

No comments:

Post a Comment