Thursday, April 2, 2009

Totok dan Erik

Telah kuterangkan dalam tulisan sebelumnya bahwa Erik adalah seorang jagoan. Seorang teman lain yang tinggal tidak jauh dari tempat tinggal Erik (kalau tidak salah sekitar jalan Caladi) bercerita bahwa karena rendah hatinya Erik justru lebih sering berlatih malam hari. Dia sangat enggan dilihat-lihat orang dalam memeragakan kehebatannya. Beberapa teman yang pernah melihatnya berlatih menjelaskan beberapa gerakan hebat yang dikuasai Erik.

Erik seorang yang baik hati. Ganteng dan berbadan sangat bagus. Periang dan penolong. Gayanyapun tidak jadul. Tidak pula kuper kepada perempuan.

Kalau kami bertanding olahraga maka dia tampil sebagai salah satu jagoan kami. Orangnya ulet dan tidak gampang menyerah. Dalam pelajaranpun ok. Dia masuk jurusan Teknik Industri. Dulu jurusan itu adalah peringkat ke 2 dalam urutan IP rata-rata.

Sekali kami camping di suatu tempat yang cukup tinggi di puncak gunung, di hamparan kebun teh. Dingin sekali tempat itu. Matahari hanya terlihat 2 jam yaitu jam 11 siang sampai jam 13 siang. Selebihnya gelap seperti jam 4 atau 5 pagi umumnya atau gelap sama sekali di waktu malam. Itu adalah pengalaman camping yang sangat memorable. Begitu dinginnya, aku ingat bila kami memasak air panas maka pancinya bisa kami pegang bagian luarnya meskipun di dalamnya air sedang mendidih. Dalam dua jam munculnya matahari itu kami bermain bola atau berolahraga apa saja karena selebihnya kami kedinginan, meski telah berbaju hangat dan berjaket berlapis-lapis. Kami sering menunggu jam 4 pagi di mana kami akan mendengar deru angin diiringi hawa dingin luar biasa.

Ada sebuah sisa rumah yang tidak dihuni lagi di salah satu ketinggian. Temboknya masih ada di beberapa tempat walaupun di beberapa tempat lain sudah jebol. Atapnya beberapa bagian sudah ambrol. Untuk melawan dingin kami memutuskan untuk tidak membangun kemah tetapi menggunakan rumah tidak lengkap itu. Kami membersihkannya, menutup sebagian atap dan melapis dengan kayu beberapa bagian dinding.
Semua kami bekerja keras. Kebetulan akulah Ketua Kelas T06 78 saat itu, menggantikan Wied (Widjaja Hadinukerto).
Sampailah kami ke persoalan menghancurkan beberapa dinding beton di dalam rumah agar kami bisa memiliki ruangan agak luas. Banyak kami yang pusing mencari palu dan alat pemukul lain untuk menghancurkan sejumlah dinding. Ternyata cara kami tidak efektif dan lama.

Di saat itu Erik muncul sambil berkata, coba saya tendangi ya, katanya. Tahukah apa yang terjadi? Kami cuma menyaksikan seorang jagoan karate dengan tenangnya menendangi sampai hancur beberapa bagian tembok. Gerakannya santai saja. Aku teringat Bima dalam cerita pewayangan yang sedang membabat hutan Dandaka untuk membangun Indraprasta.

Begitulah Erik. Betapa banyak kehebatannya. Jadi yang sekarang membuat kami bertanya dalam hati adalah, adakah kelemahan dari Erik? Semua juga bertanya seperti itu di dalam hati. Mungkinkah Erik memiliki kelemahan?
Ternyata belakangan baru kuketahui bahwa Erik yang hebat itu tidak bisa berenang! Tapi atas kelemahannya ini dia minta aku tidak mengatakannya kepada siapa-siapa. Sejak saat itu aku sering bercanda dengan dia, Sekarang aku tidak takut lagi berantem dengan kau Rik. Aku akan tantang kau dekat air, kataku. Dia ketawa mendengar tantanganku.
Lucunya, mungkin diapun pernah keceplosan kepada teman lain ada juga yang mengetahui kelemahannya ini, salah satu yang mengetahuinya adalah Totok.

Aku minta maaf pada Erik untuk membeberkan cerita dalam tulisan ini walaupun Erik pernah bilang beberapa tahun yang lalu untuk tidak mengungkapkan kelemahannya ini. Aduh Kawan, janganlah sebut-sebut lagi itu, katanya ketika dia kutelepon beberapa waktu yang lalu sambil bertanya apakah dia sekarang sudah bisa berenang. Aku memutuskan mempublish cerita ini semata mempererat persahabatan. Aku yakin sekali Erik tidak akan marah. Betul kan Rik?

Juga dalam kepemimpinanku sebagai Ketua Kelas, kami suatu saat berwisata ke pantai Pangandaran. Senang sekali kami kala itu. Setiap waktu kami lewati dengan sukacita meskipun udara cukup panas.
Karena aku baru sembuh dari demam, aku memutuskan untuk tidak berenang di laut. Betapa heran kulihat Erik senang sekali pergi ke laut. Beberapa kali dia mengajak aku ke laut, tapi selalu kutolak. Totok dan Eriklah motornya teman-teman untuk berenang ke laut. Sekali aku berbisik ke Totok. Bukankah Erik tidak bisa berenang? tanyaku kepada Totok. Totok menjawab dengan ketawa geli sekali, Justru itulah Kawan, katanya, Erik selalu meminta aku mendorong dia. Sementara dia memakai ban. Ban tidak pernah lepas dari badannya, dan dia selalu minta aku mendorongnya. Lalu sambil ketawa menyimpan maksud, Totok mengatakan padaku sekali ini dia mau mengerjai Erik.
Erikpun dari pantai sudah terus memanggili Totok. Lalu sambil ketawa kepadaku Totok berlari ke pantai dan mereka menceburkan diri ke laut. Aku dan hampir semua teman yang tidak berenang mendatangi pantai di sore itu. Terlihat Totok sudah mendorong Erik cukup jauh dari pantai. Lalu secara kami tidak sadari Totok berenang ke tepi, meninggalkan Erik di tengah laut. Barulah kami lihat di kejauhan Erik teriak-teriak, Totoook, Totoook .... gua bunuh Lu.
Totok sudah sampai di pantai sambil ketawa-ketawa. Kamipun semua ketawa-ketawa di sore menjelang senja itu.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba entah dari mana kami melihat sebuah perahu motor bergerak cepat ke tengah laut (Samudera Hindia). Kami semua terpana sampai tidak sadar perahu itu telah mendatangi kami di pantai sambil membawa Erik. Ternyata mereka adalah Pengawal Pantai.
Salah seorang dari mereka bertanya siapa pemimpin kami. Aku menunjuk tangan. Lalu aku didatangi. Kata mereka perbuatan ini tidak boleh diulang. 5 menit lagi saja kalau tadi Pengawal Pantai tidak datang, Erik akan terseret ke tengah Lautan dan tidak akan dapat diselamatkan lagi.
Betapa terperanjatnya kami dan kami minta maaf serta berterima kasih.
Para Pengawal itu kemudian pergi. Lalu Erik mengejar Totok. Mereka berkejaran entah ke mana. Yang pasti mereka muncul lagi kemudian sambil berpeluk-pelukan tertawa-tawa.

Syukurlah tidak terjadi apa-apa waktu itu. Semua adalah juga kemurahan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sekarang Erik menjadi salah seorang Eksekutif di Bank Mandiri.

Salam Sahabat. Kiranya sukses selalu.

No comments:

Post a Comment